Gamelan Dusun Kerok Menanti Sentuhan Ajaib Untuk Berbunyi

  • Aug 18, 2018
  • tremes

Tremes(18/08/2018) -  Gamelan Jawa adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Musik yang tercipta pada Gamelan Jawa berasal dari paduan bunyi gong, kenong dan alat musik Jawa lainnya. Irama musik umumnya lembut dan mencerminkan keselarasan hidup, sebagaimana prinsip hidup yang dianut pada umumnya oleh masyarakat Jawa. [caption id="attachment_1822" align="aligncenter" width="300"] ilustrasi gamelan Jawa[/caption] Nama gamelan sendiri sebenarnya berasal dari dua suku kata "gamel" dan "an". Adapun Gamel dalam bahasa jawa berarti memukul atau menabuh, sedangkan an dalam bahasa jawa berarti kata benda. Jadi gamelan merupakan suatu aktifitas menabuh yang dilakukan oleh orang jaman dahulu yang kemudian menjadi nama alat musik ansambel. Pada sekitar pertengahan tahun 1980-an sampai dengan tahun 1990-an di Dusun Kerok terdapat sekumpulan warga yang secara aktip menghidupkan seni tradisi gamelan ini. Dengan di bimbing tokoh masyarakat yang cukup di segani saat itu, (alm) Pawiro, warga Dusun Kerok RT 01 RW 05 Tremes, warga di Dusun Kerok dilatih menjadi wiyogo-wiyogo (penabuh gamelan). [caption id="attachment_1825" align="aligncenter" width="300"] Ngadiyono, warga Dusun kerok[/caption] Pada masa itu, sebagaimana di ceritakan oleh Ngadiyono, warga Dusun Kerok Rt 02, seni gamelan ini secara aktip mengisi acara hiburan pada acara hajatan warga. Meskipun masih dalam lingkup Dusun Kerok, terkadang tampil juga di beberapa dusun sekitaran Kerok, grup kesenian gamelan ini bisa dikatakan mengalami kejayaan di periode 1980-an sampai dengan tahun 1990-an. Pada awalnya para penabuh gamelan terdiri dari masyarakat Dusun Kerok yang terdiri dari 2 RT, akan tetapi setelah beberapa saat berganti menjadi Ibu-ibu PKK Dusun Kerok yang aktip menjadi wiyogo. Sampai pada akhirnya, di pertengahan tahun 1990-an, sekitar tahun 1995-1996, grup kesenian gamelan ini lambat laun mulai berkurang aktivitasnya. Terlebih setelah pembimbing dan pelatih gamelan (alm) Pawiro, meninggal dunia karena sakit pada tahun tersebut, aktivitas grup ini menjadi turun secara drastis. Seiring dengan perjalanan waktu, para wiyogo yang terdiri dari Ibu-ibu PKK pun mulai tidak komplet personilnya. Salah satu penyebabnya ada yang pindah tempat baik itu ke wilayah Wonogiri sekitarnya maupun ke luar kota seperti Jakarta, Surabaya, bahkan ada yang pindah ke luar Jawa. [caption id="attachment_1823" align="aligncenter" width="300"] Peralatan gamelan yang kondisinya 65% rusak[/caption] Sekarang ini, yang tersisa dari grup gamelan Dusun Kerok hanyalah alat-alat gamelan yang kondisinya memprihatinkan, meskipun ada satu dua alat yang masih bisa digunakan. Seperti kenong dan ketuk yang rusak 1 dari 6 buah, kemudian kendang dari 3 buah rusak 2, gong rusak 1 dari 5 buah dan peralatan gamelan lainnya yang membutuhkan sedikitnya polesan-polesan agar dapat dipergunakan kembali. “ Beberapa peralatan seperti rebab dan saron masih ada, tetapi di bawa warga ,“ ungkap Lek Giyo, sapaan akrab Ngadiyono. Sebagai informasi, rumah Lek Giyo ini dipergunakan sebagai tempat penyimpanan dari gamelan. “ Saya pribadi berkeinginan untuk melestarikan seni tradisional ini, tapi keterbatasan-keterbatasan kamilah yang membuat keinginan itu tertunda,” lanjutnya. [caption id="attachment_1824" align="aligncenter" width="300"] Ngadiyono sedang membersihkan gamelan[/caption] Tim SID Tremes pun sempat diperlihatkan beberapa peralatan gamelan yang disimpan dalam ruangan seluas 2x4 m, di ruang depan rumah milik Lek Giyo. “ Sayang kalo gamelan ini tidak ada yang nguri-nguri (memelihara),” harap pria 57 tahun ini. Dalam catatannya masih tersimpan gamelan sebagai berikut ;

  • Kenong 4 buah rusak 1
  • Ketuk 2 buah
  • Gambang 1 buah
  • Saron 3 buah
  • Rebab slendro dan pelog rusak semua
  • Kendang 3 buah yang rusak 2
  • Gong ada 6 buah yang rusak 1
  “ Eman-eman alat musik iki yen gur di anggurke,” ujar Lek Giyo menutup obrolan. Banyak hal sebenarnya  yang di sampaikan Lek Giyo kepada Tim SID Tremes agar dapat disampaikan ke pihak-pihak yang peduli dengan kesenian tradisional Jawa, terutama gamelan, untuk dapat memperhatikan dan membantu renovasi dari peralatan gamelan ini, agar dapat digunakan kembali oleh generasi-generasi berikutnya.