Komoditas Petai Desa Tremes, Antara Nikmat Dan Aroma Menyengat

  • Sep 23, 2018
  • tremes

Tremes - Petai Cina dalam bahasa Jawa disebut dengan pete, merupakan pohon tahunan tropika dari suku polong-polongan (Fabaceae), anak-suku petai-petaian (Mimosoidae). Tumbuhan ini tersebar luas di Nusantara bagian barat. Bijinya, yang disebut "petai" juga, dikonsumsi ketika masih muda, baik segar maupun direbus. [caption id="attachment_1871" align="aligncenter" width="500"] Petai dari kebun warga Dusun Kerok[/caption] Pohon petai menahun, tinggi dapat mencapai 20m dan kurang bercabang. Daunnya majemuk, tersusun sejajar. Bunga majemuk, tersusun dalam bongkol (khas Mimosoidae). Bunga muncul biasanya di dekat ujung ranting. Buahnya besar, memanjang, betipe buah polong. Dari satu bongkol dapat ditemukan sampai belasan buah. Dalam satu buah terdapat hingga 20 biji, yang berwarna hijau ketika muda dan terbalut oleh selaput agak tebal berwarna coklat terang. Buah petai akan mengering jika masak dan melepaskan biji-bijinya. Biji petai, yang berbau khas dan agak mirip dengan jengkol, dikonsumsi segar maupun dijadikan bahan campuran sejumlah menu. Sambal goreng hati tidak lengkap tanpa petai. Sambal petai juga merupakan menu dengan petai. Sebagaimana dengan wilayah lain di penjuru negeri, di Desa Tremes pohon petai ini banyak di jumpai di pekarangan warga maupun di tanam di kebun atau tegalan. Meskipun belum secara khusus di jadikan komoditas pertanian, namun sudah banyak warga Desa Tremes yang mengais rejeki dari tanaman ini ketika musim berbuah datang. Dengan rentang harga mulai dari Rp. 1.500 sampai dengan Rp. 2.500 per-satuannya, petai merupakan satu komoditas yang cukup menjanjikan. Sering kali terlihat di pinggir jalan raya, banyak warga Desa Tremes yang menitipkan petai ini melalui bis malam jurusan Jakarta untuk di jual diĀ  ibukota. [caption id="attachment_1872" align="aligncenter" width="500"] Pohon petai yang masih berumur 2 tahun[/caption] Belum lagi keberadaan tengkulak dari luar desa yang berburu petai langsung dari pemilik pohon atau petani, bisa jadi akan menciptakan peluang tersendiri yang bisa memberi pendapatan bagi warga desa jika di garap secara maksimal. Biji petai biasanya dijual dengan menyertakan polongnya. Namun, pengemasan modern juga dilakukan dengan mengemasnya dalam plastik atau dalam stirofoam yang dibungkus plastik kedap udara. Hal ini lah yang harus mulai di garap oleh warga untuk dapat meningkatkan nilai jual dari petai ini. Penikmat dari petai ini terdiri dari beberapa lapisan masyarakat meskipun aroma yang dihasilkan setelah mengkonsumsi kurang sedap, belum lagi aroma yang keluar dari (maaf) air kencing seringkali menimbulkan bau yang menyengat. Penyebab biji petai bau adalah kandungan asam asam-asam amino yang didominasi oleh asam amino yang mengandung unsur sulfur (s), ketika terdegradasi menjadi komponen yang lebih kecil, asam amino itu akan menghasilkan satu gas H2S (Hidrogen sulfida) yang terkenal sangat bau. Di warga desa sendiri ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi aroma tidak sedap setelah mengkonsumsi petai, di antaranya dengan mengunyah beras, mengunyah bubuk kopi atau konsusmsi mentimun. Dan berhati-hati juga bagi penikmat petai karena seringkali terlalu banyak mengkonsumsi petai dapat menyebabkan sakit pinggang. (admin)